Halo Marifriends! Pernah nggak sih, kamu mampir ke lokasi proyek rumah—entah itu rumah pribadi atau rumah tetangga—dan ngerasa, “Loh kok sempit banget ya? Padahal di gambar desainnya kelihatan luas?” Tenang, kamu nggak sendirian. Fenomena ini sering banget terjadi dan bikin banyak orang jadi ragu atau bahkan panik di tengah proses pembangunan. Padahal… ini hal yang sangat wajar, lho!
Yuk, kita bahas lebih dalam kenapa rumah yang sedang dibangun sering terasa lebih sempit dibanding saat sudah jadi. Dan pastinya kita kasih tips dan insight biar kamu nggak gampang khawatir!
- 1. Tahapan Struktur Belum Memberikan Ilusi Ruang
- 2. Material & Alat Kerja Menumpuk di Mana-Mana
- 3. Belum Ada Pembatas Ruangan yang Jelas
- 4. Faktor Pencahayaan & Ventilasi Belum Maksimal
- 5. Efek Psikologis: Ekspektasi vs Realita Lapangan
- 6. Proses Finishing Mengubah Segalanya
- Tips Biar Nggak Panik saat Kunjungan ke Proyek
- Studi Kasus dari Marifa Konstruksi
- Jadi Kesimpulannya?
1. Tahapan Struktur Belum Memberikan Ilusi Ruang
Saat kamu masuk ke rumah yang baru tahap struktur—alias baru kelihatan beton, kolom, dan bata merah—semua masih tampak kasar dan belum tertata. Elemen finishing yang biasanya membantu memperkuat kesan luas, seperti lantai keramik, plafon putih, cat tembok terang, pencahayaan, dan jendela besar, belum ada sama sekali.
Hasilnya? Ruangan terasa gelap, sempit, bahkan sumpek.
Padahal sebenarnya, dimensi ruangan nggak berubah sama sekali. Tapi secara visual, otak kita menilai ruang dari unsur-unsur yang tampak. Nah, karena belum ada elemen pendukung visual ini, wajar banget kalau ruang terasa lebih kecil dari ekspektasi.
2. Material & Alat Kerja Menumpuk di Mana-Mana
Satu lagi faktor yang bikin rumah terasa sempit saat masih dibangun adalah banyaknya material bangunan yang ditumpuk di dalam ruangan. Belum lagi alat kerja seperti scaffolding (perancah), tangga lipat, stager, bahkan adukan semen yang seringkali disimpan di tengah-tengah ruangan.
Bayangin aja, ruang tamu ukuran 4×5 meter kalau di dalamnya penuh dengan tumpukan bata, semen, ember, dan kayu bekisting… ya jelas bakal terasa penuh banget!
Padahal setelah proses bangunan selesai, semua itu akan dibersihkan dan ruangan akan “bernafas” kembali.
3. Belum Ada Pembatas Ruangan yang Jelas
Pada tahap awal, kadang kamu masih belum bisa membedakan mana dapur, mana ruang keluarga, mana kamar, karena sekatnya belum kelihatan jelas. Hanya ada dinding-dinding parsial atau bahkan hanya kolom-kolom tanpa sambungan.
Efeknya, kamu akan merasa bingung orientasi ruangnya dan akhirnya merasa bahwa semua tampak sempit dan mepet.
Tapi tenang, saat tembok mulai tertutup sempurna dan detail seperti plafon dan kusen mulai dipasang, persepsi ruang akan berubah drastis.
4. Faktor Pencahayaan & Ventilasi Belum Maksimal
Rumah yang masih tahap bangun umumnya belum dipasang lampu, bahkan jendela dan pintu masih belum lengkap. Jadi, pencahayaan alami masuknya sangat terbatas.
Cahaya yang minim ini bikin ruangan terasa lebih kecil dan suram. Setelah lampu, jendela, dan ventilasi dipasang, barulah cahaya bisa menyebar dan bikin ruangan terasa terang dan lega.
5. Efek Psikologis: Ekspektasi vs Realita Lapangan
Kadang, kita terlalu terbius sama gambar desain 3D yang super rapi, terang, minimalis, dan tertata. Begitu datang ke lokasi proyek, yang kita lihat justru bata merah yang belum diplester, dinding yang belum dicat, dan lantai yang masih kasar.
Perbedaan antara gambar digital dan kenyataan lapangan ini bisa bikin kita merasa kecewa atau salah sangka soal ukuran.
Tapi percayalah, ini semua hanya masalah waktu. Setelah rumah selesai, finishing dikerjakan dengan baik, dan furnitur masuk—semuanya akan tampak sesuai dengan harapan.
6. Proses Finishing Mengubah Segalanya
Setelah proses pembangunan masuk ke tahap finishing—mulai dari pengecatan, pemasangan lantai, plafon, instalasi listrik, hingga perabotan—barulah rumah mulai memperlihatkan “wajah aslinya”.
Baru deh kelihatan bahwa ruang tamu ternyata cukup luas untuk sofa L, meja tamu, dan rak TV. Kamar tidur bisa masuk queen bed dan lemari. Dapur bisa difungsikan secara maksimal.
Jadi, jangan buru-buru menilai ya… Proses ini memang butuh kesabaran, tapi hasilnya akan bikin lega.








Tips Biar Nggak Panik saat Kunjungan ke Proyek
- Bawa denah & ukuran saat ke lokasi – Cocokkan langsung di lapangan. Pakai meteran kalau perlu.
- Visualisasikan setelah finishing – Bayangkan dinding sudah dicat, lantai sudah terpasang.
- Konsultasi dengan kontraktor atau arsitek – Mereka bisa bantu jelaskan apa saja yang belum terlihat.
- Ambil foto sebelum dan sesudah – Buat perbandingan dan dokumentasi perkembangan.
- Percaya proses – Ini klise, tapi penting. Pembangunan itu progresif. Setiap minggu ada perubahan.
Studi Kasus dari Marifa Konstruksi
Beberapa klien Marifa juga sempat merasakan hal serupa. Misalnya saat pembangunan rumah 2 lantai milik Pak TB di Surabaya. Di awal, beliau sempat khawatir karena merasa ukuran ruang keluarga terlalu kecil. Tapi setelah proses pemasangan plafon dan jendela, serta pengecatan tembok, ternyata ruang tersebut tampak luas dan sesuai dengan rencana awal.
Begitu juga di proyek rumah kost 3 lantai milik Pak AP di Malang. Awalnya terasa seperti “lorong sempit”, tapi setelah di-finishing, malah jadi hunian kost yang nyaman dan lega.
Jadi Kesimpulannya?
Kalau kamu merasa rumahmu terlihat sempit saat masih dibangun, itu wajar banget! Faktor visual, alat-alat kerja, pencahayaan yang minim, dan ekspektasi desain digital bikin persepsi kita jadi agak bias.
Tapi percayalah, selama proses pembangunan dijalankan sesuai rencana, rumahmu akan jadi seperti yang kamu impikan. Bahkan sering kali malah lebih baik dari bayanganmu sebelumnya.
Kalau kamu butuh bantuan tim profesional untuk membangun atau renovasi rumah, kantor, kost, atau properti lainnya, percayakan aja ke Marifa Group.
Tentang Marifa Group
Marifa® Group adalah penyedia jasa kontraktor rumah, arsitek, dan pemborong bangunan dengan sistem pembayaran yang fleksibel—bisa cash, termin, hingga kredit syar’i tanpa riba.
Marifa memulai perjalanannya sebagai developer properti syariah di Ponorogo dan Madiun, dan kini berkembang menjadi penyedia jasa kontraktor profesional untuk berbagai jenis bangunan: rumah tinggal, kost, masjid, gudang, perkantoran, hingga renovasi.
Beberapa proyek unggulan dari Marifa Property antara lain:
- Marifa Thamrin Regency Kota Madiun – rumah 1 dan 2 lantai, harga mulai 300 jutaan.
- Marifa Green Raudah Ponorogo – rumah 1 lantai di Bungkal, harga 300 jutaan.
- Marifa Skyland Ponorogo – rumah 3 lantai di Beduri, mulai 500 jutaan.
- Puri Marifa Ponorogo – rumah 1 lantai, sold out!
Dan berikut adalah sebagian dari portofolio proyek Marifa Konstruksi:
- Rumah kost 3 lantai di Malang
- Rumah tinggal 1-2 lantai di Jakarta, Surabaya, Gresik, Magetan, Bojonegoro, dan Madiun
- Masjid As-Syarofa dan Islamic Center Ponorogo
- Bangunan komersial & ruko
Untuk info lebih lanjut, silakan kunjungi:
📍 Kantor Marifa: Jl. Kapten Tendean No. 24B, Demangan, Kec. Taman, Kota Madiun
📞 0812-2221-4221 | 0896-1217-4567 | 0851-7541-4221
🌐 Website: www.marifa.co.id
📱 Instagram: @marifagroup
📺 YouTube: @marifagroup













